Hari kamis minggu lalu merupakan hari terakhir saya mengajar kelas bahasa Indonesia tingkat dasar 2 di KDEI. Setelah term ini berakhir, kami istirahat kira-kira seminggu untuk memulai term berikutnya, itu juga jika masih ada siswa yang ingin melanjutkan.
Siswa saya semuanya orang Taiwan, dan sebagian besar bergelut di bidang pekerjaan yang sering bertemu dengan orang Indonesia. Tidak banyak, hanya 5 siswa. Ketika Hari Guru beberapa pekan lalu, saya pernah dapat kartu ucapan yang diisi oleh mereka sendiri dengan bahasa Indonesia yang masih sangat dasar namun bermakna sekali. Kisah ini pernah saya tulis di blog saya yang lain.
Kamis malam itu, salah seorang siswa yang sering kami panggil Ibu Lin, datang lebih awal. Dia telah membawakan saya seikat bunga lili warna merah muda keungu-unguan. Harum dan cantik. Tiba-tiba hati saya jadi berbunga-bunga hehehe..maklum, belum pernah menerima bunga secara khusus. Dulu waktu wisuda S1 di UI sepertinya pernah walau cuma sekuntum mawar. Hanya saja, saya lupa siapa yang memberi ya. Soalnya rata-rata setiap mantan mahasiswa semuanya dapat. 🙂
Saya sendiri memang tidak begitu tertarik dengan bunga-bungaan. Tapi entah hari itu perasaan saya setelah mencium harum dan melihat indahnya bunga lili tersebut, ketertarikan terhadap bunga jadi bertambah. Akhirnya sampai di rumah, saya potong tangkai bawah supaya dapat meresap air. (kata Ibu Lin, bunga tersebut bisa tahan wanginya hingga 2 minggu). Karena tidak punya vas bunga, saya menggantinya dengan botol air mineral plastik yang saya koleksi di kamar untuk tempat bunga tersebut(koleksi kok botol plastik ya). Alhasil bunga yang indah ini ber-vas-kan botol air mineral, biar pun begitu, bunga tersebut masih menebarkan aroma wanginya ke seluruh penjuru kamar. Sampai-sampai seorang roommate komentar dia menyukai wangi bunga saya itu. Syukur deh, saya khawatir saja kalau ada yang alergi wangi bunga. Sembari mengetik, sesekali saya menoleh ke kanan menghirup aroma wangi bunga yang sengaja diletakkan di atas meja sisi saya.